Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Spirit Sya’ban : Persiapkan Diri Sambut Bulan Suci Ramadhan

Rasul saw. dan para Sahabat sangat bersemangat menyambut datangnya bulan Ramadhan. Mereka sangat serius mempersiapkan diri agar bisa memasuki bulan Ramadhan dan melakukan segala amalan di dalamnya dengan penuh keimanan, keikhlasan, semangat, giat dan tidak merasakannya sebagai beban. Bulan Sya’ban adalah waktu yang tepat untuk mengoptimalkan persiapan menyambut ramadhan.

Dinamakan sya’ban, karena berasal dari kata syi’b, yaitu jalan di sebuah gunung atau jalan kebaikan; karena orang-orang Arab pada bulan-bulan tersebut yatasya’abûn (berpencar) untuk mencari sumber mata air; karena mereka tasyâ’ub (berpisah-pisah di gua-gua). Dikatakan juga karena bulan ini muncul (sya’aba) di antara dua bulan: Rajab dan Ramadhan.

Menurut pendapat lain, dinamakan sya’ban karena pada bulan itu terpancar bercabang-cabang kebaikan yang banyak (yatasya’abu minhu khayrun katsir). Pada bulan ini terdapat banyak kejadian dan peristiwa yang patut memperoleh perhatian kaum Muslim. Di antaranya:

1. Perubahan arah kiblat.

Pada bulan Sya’ban, arah kiblat berpindah dari Baitul Maqdis di Palestina ke Ka’bah di Makkah al-Mukarramah. Allah SWT berfirman:
Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit. Karena itu, sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjid al-Haram. Di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya (QS al-Baqarah [2]: 144).

Dijelaskan dalam banyak kitab tafsir, saat ayat tentang perubahan kiblat turun, Rasulullah saw. dan kaum Muslim di belakang beliau sedang menunaikan shalat. Saat itu juga, tanpa menunda-nunda lagi, Rasulullah saw., yang kemudian serentak diikuti kaum Muslim, langsung mengubah arah shalatnya; dari Baitul Maqdis ke Masjid al-Haram.

Peristiwa ini sesungguhnya mengandung satu ibrah (pelajaran) yang amat penting, yakni betapa kaum Muslim dulu, tanpa banyak bertanya, apalagi membantah, secara sepontan menaati perintah Allah SWT dan mengikuti apa yang dilakukan Rasulullah saw. Mereka tidak seperti sebagian Muslim saat ini, khususnya para penguasa dan elit politiknya, yang sampai hari ini bukan hanya enggan untuk menerapkan hukum-hukum Allah, bahkan sebagian mereka menentangnya dan menganggapnya sebagai hal berbahaya.

2. Diangkatnya amal manusia.

Pada bulan Sya’ban amal-amal manusia diangkat ke langit. Dalam hal ini, Usamah bin Zaid ra. berkata, “Ya Rasulullah, saya tidak pernah melihatmu berpuasa dalam suatu bulan dari bulan-bulan yang ada seperti puasamu pada bulan Sya’ban.” Beliau bersabda, “Itulah bulan yang manusia lalai darinya; bulan antara Rajab dan Ramadhan. Sya’ban adalah bulan yang di dalamnya diangkat amalan-amalan kepada Rabbul ‘alamin. Saya menyukai amal saya diangkat, sedangkan saya dalam keadaan berpuasa.” (HR an-Nasa’i).



3. Keutamaan puasa pada bulan Sya’ban.

Aisyah ra. menuturkan bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda:

وَمَا رَأَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ قَطْ إِلاَّ رَمَضَانَ وَمَا رَأَيْتُهُ فِي شَهْرٍ أَكْثَرَ مِنْهُ صِيَامً فِي شَعْبَانَ

Rasulullah saw. tidak pernah berpuasa sebulan penuh, kecuali pada bulan Ramadhan. Aku tidak pernah melihat satu bulan yang paling banyak beliau berpuasa kecuali pada bulan Sya’ban (HR Muslim).

Menurut Ibn Rajab, sesungguhnya Rasulullah saw. mengkhususkan bulan Sya’ban dengan puasa iadalah untuk mengagungkan bulan Ramadhan. Menjalankan puasa bulan Sya’ban itu tak ubahnya seperti menjalankan shalat sunnah rawatib sebelum shalat wajib.

Lalu apa hikmah dari puasa pada bulan Sya’ban itu?
Usamah bin Zaid pernah bertanya kepada Rasulullah saw.:

«يَا رَسُول اللهِ، لَمْ أَرَكَ تَصُوْمُ مِنْ شَهْر مِنْ الشُّهُور مَا تَصُوم مِنْ شَعْبَان، قَالَ : ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفَلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَان، وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الأَعْمَالُ إِلَى رَبّ الْعَالَمِينَ ، فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ»

Ya Rasulullah, aku tidak melihat engkau berpuasa pada bulan-bulan lain seperti engkau berpuasa pada bulan Sya’ban.” Rasul menjawab, “Bulan itu (Sya’ban) adalah bulan yang dilupakan oleh manusia, yaitu bulan di antara bulan Rajab dan Ramadhan. Bulan itu adalah bulan diangkatnya amal-amal manusia kepada Tuhan semesta alam. Aku suka amal-amalku diangkat, sementara aku sedang berpuasa.” (HR Abu Dawud dan an-Nasa’i; disahihkan oleh Ibn Khuzaimah).

Rasul saw. juga memposisikan puasa pada bulan Sya’ban itu sebagai persiapan untuk menjalani Ramadhan. Anas ra. menuturkan bahwa Nabi saw. pernah ditanya:

«أَيُّ الصَّوْمِ أَفْضَلُ بَعْدَ رَمَضَانَ فَقَالَ شَعْبَانُ لِتَعْظِيمِ رَمَضَانَ»

Puasa manakah yang paling afdhal setelah puasa Ramadhan?” Rasul menjawab, “Puasa Sya’ban untuk mengagungkan Ramadhan.” (HR at-Tirmidzi).

4. Turunnya ayat tentang shalawat kepada Nabi saw.

Pada bulan Sya’ban, Allah SWT menurunkan ayat tentang anjuran membaca shalawat kepada Nabi Muhammad saw., yaitu ayat:
Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Karena itu, hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya (QS al-Ahzab [33]: 56).

5. Sya’ban Bulan al-Quran.

Bulan Sya’ban dinamakan juga bulan al-Quran, sebagaimana disebutkan dalam beberapa atsar. Memang, membaca al-Quran selalu dianjurkan di setiap saat dan tempat. Namun, ada saat-saat tertentu pembacaan al-Quran itu lebih dianjurkan, seperti pada bulan Sya’ban dan Ramadhan; atau seperti di tempat-tempat khusus semisal Makkah, Raudhah dan lain-lain. Syaikh Ibn Rajab al-Hanbali menuturkan riwayat dari Anas ra., “Saat memasuki bulan Sya’ban, kaum Muslim biasa menekuni pembacaan ayat-ayat al-Quran dan mengeluarkan zakat untuk membantu orang-orang yang lemah dan miskin agar mereka bisa menjalankan ibadah puasa Ramadhan.”

6. Malam Nishfu Sya’ban.

Banyak hadis yang menerangkan keistimewaan malam Nishfu Sya’ban ini, sekalipun di antaranya ada yang dha’if(lemah). Namun demikian, Al-Hafizh Ibn Hibban telah menyatakan kesahihan sebagian hadis-hadis tersebut, di antaranya, bahwa Nabi Muhammad saw. pernah bersabda, “Allah melihat kepada semua makhluknya pada malam Nishfu Sya’bandan Dia mengampuni mereka semua kecuali orang musyrik dan orang yang bermusuhan.” (HR ath-Thabrani dan Ibnu Hibban).

Saatnyalah kita segera mempersiapkan diri sendiri, keluarga dan orang-orang yang ada di sekitar kita guna menyongsong datangnya Ramadhan. Caranya adalah dengan memperbanyak puasa serta membaca al-Quran sekaligus menelaah, memahami dan men-tadabbur-i kandungannya. Kita juga harus giat melakukan shalat malam serta memperbanyak sedekah dan amalan-amalan kebaikan lainnya. Agar kita nanti mampu menjalani Ramadhan dengan penuh makna, hendaknya kita pun menyiapkan program-program amal kebaikan yang akan kita lakukan selama bulan Ramadhan.

Lebih dari itu, bulan Ramadhan adalah bulan ketaatan; di dalamnya setiap Muslim dituntut untuk mengikatkan diri dengan seluruh syariah-Nya. Bulan Ramadhan adalah bulan murâqabah. Sebab, shaum yang dilakukan di dalamnya mengajari setiap Muslim untuk senantiasa merasa diawasi Allah. Ramadhan juga adalah bulan pengorbanan di jalan Allah. Di dalamnya setiap Muslim dituntut untuk berkorban dengan menahan rasa lapar dan haus demi meraih derajat ketakwaan kepada-Nya. Takwa adalah puncak pencapaian ibadah shaum pada bulan Ramadhan. Perwujudan takwa secara individu tidak lain adalah dengan melaksanakan semua perintah Allah dan menjauhi semua larangan-Nya. Adapun perwujudan takwa secara kolektif adalah dengan menerapkan syariah Islam secara total dalam seluruh aspek kehidupan oleh seluruh kaum Muslim. Shaum Ramadhan tentu akan kurang bermakna jika tidak ditindaklanjuti oleh pelaksanaan syariah secara total dalam kehidupan, karena itulah wujud ketakwaan yang hakiki.

Terakhir, guna menambah kerinduan dan semangat kita mempersiapkan diri menyongsong Ramadhan, hendaklah kita mengingat dan merenungkan kembali pesan-pesan Rasul saw. yang pernah Beliau sampaikan pada akhir bulan Sya’ban. Salman al-Farisi menuturkan, bahwa Rasulullah saw. pernah berkhutbah pada akhir bulan Syaban demikian:

Wahai manusia, kalian telah dinaungi bulan yang agung, bulan penuh berkah, bulan yang di dalamnya terdapat satu malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Allah telah menjadikan puasa pada bulan itu sebagai suatu kewajiban dan shalat malamnya sebagai sunnah. Siapa saja yang ber-taqarrub di dalamnya dengan sebuah kebajikan, ia seperti melaksanakan kewajiban pada bulan yang lain. Siapa saja yang melaksanakan satu kewajiban di dalamnya, ia seperti melaksanakan 70 kewajiban pada bulan lainnya.

Bulan Ramadhan adalah bulan sabar; sabar pahalanya adalah surga. Ia juga bulan pelipur lara dan ditambahnya rezeki seorang Mukmin. Siapa saja yang memberikan makanan untuk berbuka kepada orang yang berpuasa, ia akan diampuni dosa-dosanya dan dibebaskan lehernya dari api neraka. Ia akan mendapatkan pahala orang itu tanpa mengurangi pahalanya sedikit pun.

Para Sahabat berkata, “Kami tidak memiliki sesuatu untuk memberi makan orang yang berpuasa puasa?

Rasulullah saw. menjawab: "Allah akan memberikan pahala kepada orang yang memberi makan untuk orang yang berbuka berpuasa meski dia hanya memberi sebutir kurma, seteguk air minum atau setelapak susu."

Ramadhan adalah bulan yang awalnya adalah rahmah, pertengahannya adalah maghfirah dan akhirnya adalah pembebasan dari api neraka. Siapa saja yang meringankan hamba sahayanya, Allah akan mengampuninya dan membebaskannya dari api neraka. Perbanyaklah pada dalam Ramadhan empat perkara, dua perkara yang Tuhan ridhai dan dua perkara yang kalian butuhkan. Dua perkara yang Tuhan ridhai adalah kesaksian Lâ ilâha illâ Allâh Muhammad Rasûlullâh dan permohonan ampunan kalian kepada-Nya. Adapun dua perkara yang kalian butuhkan adalah: kalian meminta kepada Allah surga dan berlindung kepada-Nya dari api neraka. (HR Ibn Khuzaimah dalam Shahih Ibn Khuzaimah dan al-Baihaqi di dalam Syu’âb al-Imân).

Wallâhu a‘lam bi ash-shawâb. Semoga Bermanfa’at. []


=======

Semoga bermanfaat. Setelah bulan puasa biasanya banyak disajikan berbagai makanan ringan. Kami menyediakan emping melinjo dengan harga murah. Sila klik link tersebut.

Posting Komentar untuk "Spirit Sya’ban : Persiapkan Diri Sambut Bulan Suci Ramadhan"