Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ini Kata Ustad M. Abdurrahman Soal Al Maidah 51: Jadi Teman Saja Tidak Boleh, Apalagi Jadi Pemimpin

Polemik surat Al Maidah 51 menghadapi babak baru. Gubernur Basuki Cahya Purnama alias Ahok mendapat pertentangan dari banyak pihak. Simak pendapat dari Ustad Maman Abdurahman yang kami ambil dari situs persisalamin ini.

Ustad Maman Abdurahman - Soal Surat Al Maidah 51

===========================================

Perbedaan terjemah dalam mushaf Al-Qur’an pada kalimat auliya di surah Al-Maidah ayat ke-51 menimbulkan spekulasi. Hal itu mengingat semakin dekatnya Pilkada yang melibatkan non muslim sebagai salah satu calon pemimpin. Beberapa penerbit di Indonesia mengeluarkan terjemah Al-Qur’an dan mengartikan kalimat auliya pada surah Al-Maidah ayat 51 dengan ‘teman setia’.

Menyikapi hal itu, Ketua Pengurus Harian MUI Pusat, M. Abdurrahman mengatakan, perbedaan terjemah tersebut tidak memiliki dampak hukum terhadap status non muslim.Baik Yahudi maupun Nasrani, keduanya tidak boleh dijadikan sebagai teman setia.

“Kalau mau diartikan dengan teman setia, ya sama saja bahwa mereka itu (Yahudi dan Nasrani, red) tidak boleh dijadikan sekutu,” katanya kepada persisalamin.com.

Meski demikian, Ketua Majelis Penasihat Persis ini menegaskan bahwa arti yang tepat dari kalimat auliya pada surah Al-Maidah ayat ke 51 adalah pemimpin. Kalaupun ada yang menerjemahkan dengan frase ‘teman setia’, kata dia, hal itu semakin mempertegas sikap Al-Qur’an yang melarang umat Islam menjadikan non muslim sebagai pemimpin.

“Sederhana saja, kalau dijadikan teman setia saja sudah tidak boleh, dilarang, apalagi kalau dijadikan pemimpin, ini lebih dilarang lagi,” katanya.

Masih kata Abdurrahman, umat Islam dibenarkan bergaul dengan non muslim baik Yahudi maupun Nasranui. Hanya saja, hal itu harus dibatasi.

“Nabi berinteraksi dengan Yahudi. Tapi lihat posisinya, orang Yahudi itu sebagai pembantu Nabi,” katanya.

Posting Komentar untuk "Ini Kata Ustad M. Abdurrahman Soal Al Maidah 51: Jadi Teman Saja Tidak Boleh, Apalagi Jadi Pemimpin"