Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Belajar Parenting Dari Kasus Percobaan Bayi Raja Frederick Dari Jerman

Mengambil hikmah dari setiap kejadian adalah hal yang patut dilakukan oleh setiap muslim. Harapannya terjadi peningkatan kebaikan, yaitu semakin mendekatnya kita pada Sang Pencipta. Dalam aspek teknis, semakin baik hal yang kita lakukan dari sebelumnya. Pada kesempatan kali ini, terdapat pelajaran dari percobaan bayi yang pernah dilakukan oleh Raja Frederick penguasa Jerman abad 13. Apakah itu? Simak kelanjutannya di bawah ini.

Ibu Madrasah Bagi Anak, Ayah Kepala Sekolahnya

Konon, Raja Frederick, penguasa Jerman abad ke-13 saat itu pernah merampas 50 bayi dari dekapan ibunya.

Frederick ingin tahu, jika bayi-bayi manusia tidak diasuh dan diajak bicara, bahasa seperti apa yang mereka gunakan.

Berhari-hari bayi-bayi malang itu hanya diasupi susu, dimandikan, lalu ditinggal di tempat tidur. Hingga akhirnya bayi-bayi itu meninggal satu persatu. Sang Raja pun tak pernah menemukan jawabannya hingga kini.

Kisah di atas disampaikan oleh penulis buku sekaligus pegiat parenting, Ida S Widayanti, dalam acara Seminar “Mendidik Karakter dengan Karakter” yang digelar di Jalan Cimatis, Jatikarya, Bekasi Jawa Barat, 31 Maret lalu.

Menurut Ida, hal itu mengajarkan arti sentuhan ibu bagi anak-anaknya bahkan sejak awal kehidupan mereka.

Dalam acara yang bertajuk “Living Values and Character Building”, pengarang buku Mendidik Karakter dengan Karakter tersebut menerangkan peran orangtua dalam mengasuh anak.

Menurutnya, seorang ayah juga bertanggung jawab dalam mengasuh dan mendidik anak.

Diterangkan Ida, ada 17 dialog tematik dalam al-Qur’an yang tersebar pada 9 surat.

14 dialog di antaranya adalah dialog antara ayah dan anaknya. Sedang dialog antara ibu dan anaknya hanya 2 dialog saja,” ujar penulis tetap rubrik “Celah” di sebuah majalah Islam nasional itu.

Ida menambahkan, meski ibu adalah madrasah pertama bagi anak. Tapi kepala sekolahnya adalah ayah.



Tugas ayah memimpin, menentukan kurikulum keluarga, serta mengevaluasi agar visi-misi keluarga bisa terwujud.

Ayah itu tak hanya sukses memimpin perusahaan saja, juga harus berhasil memimpin keluarganya,” terangnya lagi.

Ibarat kendaraan, mobil bisa melaju di atas jembatan dan sampai pada tujuannya, jika jembatan yang dilalui itu kokoh. Namun apabila rapuh apalagi roboh, laju mobil itu tentunya terhenti. Terakhir, Ida menegaskan bahwa peran ayah harus kuat dalam mendidik karakter anak.

Oleh  Asyis, pegiat komunitas menulis PENA Depok

Posting Komentar untuk "Belajar Parenting Dari Kasus Percobaan Bayi Raja Frederick Dari Jerman"