Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Grebeg Maulud Keraton Jogja, Intip Fakta Menariknya

Grebeg Maulud- Grebeg adalah sebuah perayaan yang diadakan masyarakat Yogyakarta, untuk memperingati momentum penting. Untuk perayaan utamanya, diselenggarakan oleh Keraton Yogyakarta Hadiningrat, dan Keraton Surakarta Hadiningrat, dan untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad. Grebeg menjadi sebuah acara terakhir dalam perayaan tahunan.Dan juga Grebeg dapat dilakukan oleh pemerintahan lokal, maupun masyarakat pedesaan.Keraton Yogyakarta, dan Keraton Surakarta, mengadakan acara Grebeg secara turun-temurun. Acara tersebut dijadikan sebagai sarana untuk menarik para wisatawan.

Untuk Keraton Yogyakarta sendiri, mengandakan Grebeg kurang lebih sebanyak tiga kali di setiap setahunya, yakni Grebeg Syawal, Grebeg Maulud keraton, dan Grebeg Besar.  Acara Grebeg Syawal diadakan pada awal bulan Syawal, acara ini untuk memperingati ketika berakhirnya puasa pada bulan Ramadan tiba. Untuk yang kedua, acara Grebeg Maulud diselenggarakan sebagai momentum memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.

Untuk acara Grebeg Besar diadakan untuk memperingati bulan Zulhijah. Grebeg juga dianggap sebagai lambang kedermawanan dan perlindungan Sultan, terhadap masyarakatnya. Untuk acara Grebeg di Keraton Yogyakarta, diselenggarakan mengenakan pakaian dengan bentuk sama seperti pasukan kerajaan. Dan untuk anggota keluarga, serta abdi dalem Keraton mengenakan pakaian adat Jogja. Untuk acara Grebeg maulud di Keraton Surakarta, diselenggarakan oleh para keturunan Sunan Kalijaga. Mereka akan berkumpul bersama di Kadilangu Demak.

Grebeg Maulud Keraton Jogja, sumber: google.com


1. Nilai Islam

Dalam prespektif sejarah, Keraton  Yogyakarta merupakan sistem politik pemerintahan, yang mana dalam penerapannya menggunakan syariat Islam sebagai sumber legalisasi hukum untuk masyarakat. Maka hal itu, budaya-budaya yang ada tidak terlepas dari filosofis Islam yang terkandung didalamnya. Termasuk salah satunya adalah grebeg Maulud Keraton Yogyakarta.

Saat ini, Keraton Yogyakarta menjadi satu institusi sebagai simbol identitas dari masyarakat Jawa, terkhusus masyarakat di Yogyakarta. Didalam acara Grebeg Keraton, gunungan menjadi sebuah unsur yang paling menonjol dalam acara Grebeg Keraton Yogyakarta.

Didalam Gunungan terdapat makna  nilai-nilai Islam yang sangat mendalam, sehingga hal ini bagi masyarakat wabil khusus di sekitar keraton merasakan dampaknya. Bagi masyarakat yang mengerti apae maksud yang terkandung didalamnya, dan mengerti sebenarnya filosofi yang terkandung di dalam gunungan pasti dapat mengambil hikmahnya, dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi Anda  yang belum begitu paham dengan filosofinya, sebenarnya bahwa unsur-unsur yang ada di dalam gunungan semua ada makna dan filosofinya. Akan tetapi masih  dibutuhkan sosialisasi dari pihak keraton sendiri, untuk memberi pengertian, serta pendidikan terkait dengan  filosofi Islam yang terkandung di dalam gunungan Grebeg. Nilai-nilai Islam tersebut berupa rukun Islam, dan rukun iman yang sudah diterapkan oleh masyarakat, oleh karena itu, keduanya termasuk kewajiban yang harus ditetapkan oleh ummat Islam.



Bendera hitam dari kiswah Ka’bah bertuliskan La Ilaha Illa Allah , serta bendera hijau bertuliskan Muhammad Rasul Allah. Bendera tersebut pemberian dari Sultan Utsmani kepada Kesultanan Demak sebagai wakil kesultanan Utsmani di tanah Jawa, sumber : starjogja.com


2. Berebut Keberkahan Dalam Gunungan

Acara Grebeg Maulud diselenggarakan pada tanggal 12 pada bulan Maulud, itu bertepatan dengan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Salah satu susunan  acaranya yakni pasar malam sekaten. Acara Grebeg Maulud, Gamelan Sekaten yang dimiliki oleh Keraton Jogja dibunyikan kurang lebih selama 7 hari. dan pada puncak acara, kemudian dibacakan risalah Maulid Nabi Muhammad SAW oleh penghulu Keraton Yogyakarta. Untuk isi gunungan grebegnya tidak sembarangan makanan, ada aturan-aturan yang perlu dipatuhi, dalam membuat gunungan tersebut. 

Untuk gunungan jaler  harus ada kacang panjang, cabai hijau, rangkaian telur, cabai merah, dan kucur. Untuk Estri sebagai simbol permasuri bentuknya semacam kerucut terbalik. Dimana Isinya terbuat dari upil-upilam beras ketan, yang di desain segiempat, rengginang, dan taplukan yang berbahan dari beras ketan, yang memiliki bentuk segienam. Dan untuk membawa berbagai macam hasil bumi, dapat juga menggunakan sewa truk Jogja.

Untuk gunungan darat memiliki bentuk seperti gunungan estri, akan tetapi mempunyai warna dan susunannya berbeda. Untuk gunungan gepak terdiri dari wajik, mendhut, umbi-umbian, geplak, buah-buahan,  jadah, lemper, apem, serabi, dan rengginang. Sedangkan untuk gunungan Pawuhan sebagai simbol dari cucu raja, mempublikasikan bentuk dan isi seperti dengan gununga estri, akan tetapi memiliki bentuk  lebih kecil. Gunungan Picisan terbuat dari batang pisang.

Dalam  proses acara grebeg, yakni arak-arakan gunungan yang sudah dibuat, kemudian oleh para abdi dalem keraton Jogja menuju ke Masjid Gedhe. Untuk acara penutupannya, akan ada prosesi ngrayah berkah. Yakni setelah gunungan tadi di arak, kemudian didoakan oleh penghulu Keraton Jogja, terakhir masyarakat berebut untuk mengambil isian dari gunungan tersebut. Avara rebutan tersebut, kerap kali mengundang para wisatawan, sambil menonton prosesi grebeg maulud Anda juga dapat mengemil berbagai cemilan seperti popcron yang di kemas dengan   kemasan popcron.

Masyarakah meyakini, apabila mereka mendapatkan isian dari gunungan, mereka akan mendapatkan keberkahan dari yang maha diata. Apabila mereka seorang petani, maka sawahnya akan subur, apabila mereka seorang peternak, maka ternaknya akan sehat,  apabila mereka seorang bpedagang maka dagangannya akan laris manis, dan masih ada keberkahan lainnya.

Acara ngrayah berkah dalam proses berlangsungnya Grebeg Keraton, memiliki arti bahwa manusia dalam kehidupannya di dunia, harus berani melakukan sebuah persaingan dalam mencapai tujuannya, serta dalam permasalahan hidup di dunia mestilah dihadapi.

Masyarakat rebutan gunungan, sumber : google.com


3. Maksud Gunungan Grebeg

Isi dari Gunungan merupakan hasil bumi, meliputi sayur-sayuran, buah-buahan, dan juga makanan tradisional. Kemudian semua itu, disusun tinggi menyerupai sebuah gunung, gunungan biasanya dibawa oleh pasukan keraton, kemudian diiringi dengan bunyi teriakan, serta suara tembakan bersahutan.

Gunungan mempunyai makna simbol Sultan yang melindungi rakyatnya. Itulah mengapa, untuk rute gunungan dibawa mengelilingi kota, sesuai rute yang ditetapkan. Yang kemudian, diperebutkan oleh masyarakat sekitar. Masyarakat mempercayai apabila gunungan, selain dari simbol kemakmuran juga ucapan syukur kepada Allah SWT, karena hasil bumi panennya melimpah

Gunugan dari hasil bumi, sumber: google.com

Nah, apakah Anda berminat untuk berwisata ke Jogja ? tidak ada itu saja, di Jogja,Anda juga dapat belanja kain grosir. Bagi Anda yang masih bingung memilih kain grosir, silahkan baca tips membeli kain grosir berkualitas.

Demikianlah informasi yang dapat Kami sampaikan berkenaan dengan grebeg maulud Keraton Yogyakarta. Semoga dapat bermanfaat. Dan Jangan lupa untuk membaca artikel kami lainnya berkenaan tips memilih bed cover. Sekian dan terimakasih.



Posting Komentar untuk "Grebeg Maulud Keraton Jogja, Intip Fakta Menariknya"